Tentang Belajar yang Harusnya Nggak Udah-Udah
by
Iqlima Hawa
- January 09, 2021
Malam-malam bahas tentang belajar rasanya memang nggak tepat ya, hehe. Tapi berhubung saya lagi nggak bisa tidur, as usual, saya balik nulis blog biar insomnia ini ada sedikit faedahnya, hehe. Rindu juga selama hampir sebulan nggak posting apapun. Oke, saya rasa curhat saya cukup, langsung aja bahas materi, ya.
Belajar. Satu kata yang punya banyak penafsiran di kepala setiap manusia. Ada yang berpendapat bahwa belajar adalah aktivitas menuntut ilmu di sekolah selama beberapa tahun demi mencapai cita-cita tertentu. Beberapa beranggapan bahwa belajar adalah proses membaca buku, menulis, mendengarkan, menyimak, berbicara, dan serangkaian proses lainnya yang dilakukan untuk membuat manusia semakin bertumbuh. Beberapa lainnya menjadikan belajar sebagai pelaksanaan kewajiban atas perintah agama sejak dibuai ibu sampai kembali berpulang kepada-Nya.
Baik, dengan beragam pendapat tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa sudut pandang setiap orang terhadap belajar itu berbeda dan punya sisi menariknya masing-masing.
Sekolah formal adalah belajar. Kursus adalah belajar. Membaca buku adalah belajar. Menonton video adalah belajar. Menjadi pemimpin adalah belajar. And so many others.
Sebagai manusia yang lahir dengan ketidaktahuan, kita wajib mencari apakah hidup hanya perihal menghirup napas, makan, lalu mati? Apakah untuk survive kita hanya butuh itu? Hampir bisa dijawab tidak, ya. Kita butuh mengisi kehidupan dengan ragam cara yang membahagiakan dan tentunya bermanfaat.
Belajar tidak mengenal lambat atau cepatnya denting jam, bergantinya hari, atau perayaan tahun. Belajar tidak mengenal siapa yang lebih dulu memulai. Karena kadang pun yang mulainya lebih dulu tidak sampai berdiri di akhir. Banyak yang memulai dengan garis awal lebih tertinggal namun menyukai proses belajar itu sampai akhir. Jadi, beruntunglah untuk setiap dari kita yang tetap merasa haus akan ilmu dan kemajuan-kemajuan diri.
Dunia pendidikan pada era digital seperti sekarang adalah tantangan tersendiri bagi para pembelajar. Kelas daring, pertemuan virtual, rapat-rapat organisasi yang tidak lagi memungkinkan tatap muka membuat kita lelah lebih dari sebelumnya. Kita menghabiskan banyak waktu untuk screening dan kadang mengesampingkan banyak hal yang sebenarnya ingin kita lakukan, ingin kita cari. Ingin kita explore lebih dalam.
Tapi, tidak apa-apa ya, mungkin, tahun-tahun ini kita lebih banyak menerima. Bahwa sistem belajar kita sedang diharuskan semesta menjadi lebih berbeda. Ini tentunya membawa perubahan dan kemajuan diri, kok, tenang saja.
Lalu, bagi yang mungkin tidak berkesempatan mengenal belajar via google meet atau zoom, karena maybe tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau mungkin terbatas dalam beberapa hal, jangan patah semangat, ya. Buku-buku di dunia ini bertebaran banyak sekali. Mereka adalah pelita-pelita kecil kita yang kalau mau mempelajarinya akan membawa dampak besar. Tidak apa-apa jika dunia terasa tidak mendukung, alam semesta pun sudah menjadi sumber ilmu pengetahuan yang kapan saja bisa dipikirkan dan direnungkan.
Nanti, kalau sudah nyaman belajar, akan timbul, kok, rasa bahagia bahwa ternyata kita mampu melakukan hal yang tidak mudah dan tidak semua orang mau. Berbanggalah, ya, dengan itu. Dalam hati, tanamkanlah sikap rendah hati setinggi apapun gelar atau tingkat pendidikan.
Karena lagi-lagi, belajar itu bukan kompetisi dan pemeringkatan siapa yang paling hebat, melainkan siapa yang paling tabah menahan kantuk, pedih, dan penat.
Selamanya.