Hari Ini Aku Beli Jedai
Hari ini aku beli jedai.
Aku jarang menyayangi diriku sendiri. Ketika aku bepergian aku selalu beli 6 porsi makanan. Ketika aku merantau jauh aku selalu terpikir bawa oleh-oleh khas. Mochi bandung, keripik apel, roti maryam. Padahal di perantauan aku juga menahan diri untuk hanya sekadar beli dua potong kecil brownies dan satu cup corn cheese.
Hari ini aku beli jedai. Hari ini aku beli jedai, cukup besar, yang permukaannya dilapisi bulu-bulu halus berwarna cokelat muda, ornamen teddy bear, dan dua kata "sweet" di sisi kanan kirinya.
Kata teman-teman perempuanku, kata saudara-saudara sepupuku, kata nenekku, rambutku yang terindah di antara semuanya. Aku tak mewarisi genetik rambut lurus dan tipis dari ibuku. Juga tidak keriting seperti ayahku dan kebanyakan saudara yang lain. Rambutku hampir sepunggung, hitam legam, tebal tapi halus, sedikit ikal menggantung di ujung-ujung bawahnya. Kadang tanpa disisir masih tampak mengagumkan.
Dulu aku begitu merawatnya, aku pakai shampoo dan conditioner yang harganya mahal, menyisirnya tanpa kesusahan, dan senang menguncir dengan beragam gaya. Dulu aku begitu merawat diri. Aku sangat suka berdandan meski tipis. Mencoba banyak style pashmina. Aku berkali-kali bercermin sambil bersyukur pada Tuhan atas parasku.
Belakangan, saat hidupku terbanting sana-sini, aku mengabaikan semua keindahan yang pernah ada dalam tubuhku. Tidak tertarik lagi pakai conditioner. Tidak lagi suka pakai lotion. Pakai parfum hanya kalau pergi di acara penting, itu pun kalau aku punya semangat untuk perginya. Semua orang yang dulu bilang aku cantik, kini menarik ucapannya. Kalau kamu adalah teman SD-ku dan menyaksikanku saat ini, sudah dijamin pangling. Aku bahkan rendah diri mengemban nama Iqlima yang artinya adalah putri yang cantik jelita.
Hari ini aku beli jedai. Karena aku merindukan aku yang indah dan bersyukur banyak atas karunia Tuhanku. Kurasa aku terlalu pelit pada diri sendiri. Kurasa aku terlalu memberi banyak ke luar tapi tak pernah sekalipun menghadiahkan cinta barang satu-dua saja ke dalam diriku. Dulu, aku punya banyak sekali kuncir rambut. Beragam ukuran, bentuk, warna, kadang beli yang ada pitanya. Sejak aku membenci aku yang sakit-sakitan, aku bahkan hanya punya satu kuncir rambut, sangat tipis, kadang hilang entah ke mana, kadang rambutku jadi sangat berantakan, dipaksa digerai sembarangan karena kuncir rambutku tak kunjung ketemu.
Ternyata, sekarang aku membenci diriku yang acak-acakan.
Kupikir setiap perempuan selalu suka bercermin. Fitrahnya selalu suka tampil cantik. Baik saat bertemu orang lain atau hanya di rumah. Kupikir setiap perempuan sebenarnya suka selfie. Meski tak semua perempuan mengunggahnya jadi story, aku yakin banyak foto cantik yang tersimpan di galeri.
Dan ketika hari ini aku beli jedai, dengan harga yang cukup tak terjangkau, satunya hampir setara mi ayam atau bakso wkwk, aku merasa aku menemukan Iqlima yang dulu. Iqlima yang rajin menyisir rambutnya. Iqlima yang sambil berdandan akan senyum dan nyanyi di depan cermin. Iqlima yang percaya diri. Iqlima yang kembali lagi mencintai parasnya.
Hari ini aku beli jedai. Dan itu mengubah segalanya.
0 comments