If Not Now, Then When?

by - December 15, 2020

Malam ini saya sedang membaca sebuah buku berjudul "You Are Likeable" karya Jed Revolutia. Menelusurinya menarik, saya jatuh cinta pada penyampaian penulis yang sederhana namun menampar hati saya keras-keras. Buku itu bercerita tentang kisah Revolutia yang terlahir dan berkata bahwa dirinya tumbuh sebagai pribadi yang negatif pesimis. Tentang ayahnya yang kaya raya namun pada akhirnya gagal dalam pekerjaannya dan menjadi depresi.

Revolutia merasakan takut pada kesuksesan dan kegagalan di waktu yang sama. Dimana ia takut menjadi seorang yang sukses namun takut juga gagal dan bernasib sama seperti ayahnya. Ya, saya pikir, agaknya pengalaman orang-orang terdekat dapat menimbulkan peristiwa 'sulit memutuskan' pada diri seseorang. Misalnya seorang gadis atau pemuda yang sudah cukup umur takut menikah karena melihat tidak ada menyenangkannya menjadi orang dewasa yang penuh konflik saat sudah memiliki pasangan; seperti ia melihatnya pada kehidupan orang tuanya.

Membaca buku ini seperti saya sedang membaca isi hati dan kepala saya dengan nyaring. Seakan saya sedang dikisahkan perihal cerita tentang diri saya sendiri. Revolutia, yang pemurung itu, akhirnya tiba pada masa dimana 'momen of truth' nya datang. Kala itu, sambil menunggu nasi goreng pesanannya siap di sebuah kedai, ia berkata dalam hati. Sebuah perkataan yang amat dalam maknanya,

"If not now, then when?"

Saya terdiam cukup lama pada bagian itu. Merenungi kenapa saya tidak segera memulai melakukan sesuatu untuk mencapai mimpi saya. Mengapa saya selalu membuat alasan ketika orang lain menasihati saya untuk segera memulai.

Ada cukup banyak orang yang menunggu saya menerbitkan buku. Sebuah buku semacam perjalanan hidup saya karena mereka menganggap pengalaman saya mungkin lebih hebat dari kebanyakan. Seperti saya bisa kembali hidup mendekati normal setelah relapse tiga kali perihal mental illness saya. Banyak yang mendukung bahkan berjanji untuk menjadi pemesan pertama buku saya.

Tapi ya lagi-lagi, saya beralasan. Saya tidak bisa menulis sebuah buku yang panjang, saya seringkali mengalami writer's block saat sudah tiba di halaman sekitar dua puluhan, itu alasan saya. Iya, saya punya sekitar empat naskah yang sejak SMP sudah saya tulis pelan-pelan. Ketika itu saya bersemangat sekali, menggali lagi apa yang pernah tiba di otak dan hati saya sebagai memori. Namun ternyata semangat saya tidak awet. Saya mendadak kecewa melihat naskah saya yang sepertinya terlampau lebay untuk dibaca orang lain. Teknik menulis saya minim, dan saya merasa belum mampu untuk menulis lebih banyak lagi.

Namun, meskipun saya belum sampai untuk memiliki kapabilitas untuk menjadi seorang penulis buku, saya bertekad untuk terus menulis sejauh yang saya bisa. 

Lalu, melalui "You Are Likeable" yang saya baca beberapa menit lalu, saya memutuskan untuk tidak diam saja dalam status quo alias zona nyaman ini. Saya bergegas membuka halaman blog saya, memutuskan menulis sesuatu, dan lahirlah cerita sederhana ini.

Untuk kalian yang membaca, nikmati dulu kenyamanan kalian, tapi jangan sampai terlalu nyaman, ya. Nanti kalian tidak bisa lepas dari kesenangan saat ini dan mengabaikan mimpi kalian untuk diwujudkan dengan perwujudan sebaik-baiknya.

Semangat!

You May Also Like

0 comments