Ketika malam mengantar pada sunyi.
Dan tak ada lagi yang riuh melebihi deru diri.
Suatu waktu, kini menjadi arti.

Saat membaca langit-langit kamar, saat mengamati kenapa cahaya lampu begitu mendamaikan, aku merasakan bahwa: hari-hari adalah makna. Makna yang kadang dengan cepat kumengerti, makna yang kadang-kadang teka-teki untuk kutebak sendiri. Makna yang kadang selewat tak kurasai, makna yang kadang tembusannya jauh ke lubuk hati.

Rak-rak dan buku di kamar ini, besok isinya tak hanya kupahami sendiri. Aku ingin merasakan membaca buku bersama orang yang akan dengan senang hati mengoreksiku penafsiranku.

Orang yang dengan halus akan membimbing jemariku, orang yang akan kugenggam tapi tidak untuk kukekang. Orang yang tidak ingin kujadikan mauku, tapi guruku.

Lembaran kertas, lembaran kertas, lembaran kertas, lembaran napas.

Goresan pena, goresan pena, goresan pena, goresan warna.

Cerdas dan suka berderma.

Aku menyukai kebaikan yang tersebar di mana-mana. Saat aku melihat jalanan dan aku ingat bahwa kamu melaluinya dengan sedekah. Ketika aku melihat langit dan aku ingat bahwa kamu suka memotretnya sebagai bentuk keberharapan. Rute petualangan yang tak hanya seru, tapi juga menghangatkan.

Percakapan yang tak hanya memusingkan tapi juga mengajakku belajar.

Kau jangan lelah. Setiap hari sangat indah.