Semesta Enggak Pernah Ingkar Janji
Tadi dan belakangan ini, saya punya hobi baru. Mendengarkan podcast Rintik Sedu di Spotify. Saya belum bisa dibilang lama kenal Kak Tsana Rintik Sedu. Tahu hanya sebatas di Instagram, dan baru dua tahun sepertinya, baru tahu bahwa dia penulis. Penulis muda yang begitu produktif.
Saya sering lihat di instastory-nya, dia open PO buku-bukunya dan ludes ratusan eksemplar dalam hitungan satu dua jam. Pernah bahkan, baru-baru ini, menghadiahkan tanda tangan pada 1500 eksemplar buku Geez dan Ann, setelah itu pada open PO selanjutnya dijanjikan bonus sebuah surat pada setiap bukunya.
Kak Tsana juga saya kenal sebagai gadis yang ramah dengan caranya sendiri. Kalau kalian mengikuti jejaknya selama ini, pasti paham, dengan panggilan Paus, ikan teri, ikan buntal, dan kata-kata 'mau dijadiin pepes' hehe. Saya yakin banyak orang mengenalnya.
Tadi barusan, belum ada setengah jam, saya membuka Spotify. Mendengarkan podcast Rintik Sedu yang berjudul 'Semesta Nggak Pernah Ingkar Janji', ini judul podcast yang direkomendasikan teman saya tadi siang. Teman saya bilang ini sangat membuat bersemangat.
Saya mendengarkan, saya terkesima, saya kagum, saya merasakan hal yang sama, dan saya ingin kedepannya bisa sehebat dia.
Kak Tsana bercerita, tentang kegagalan-kegagalannya. Jatuhnya, perjuangannya. Dimulai dari ingin masuk SMA 8 Jakarta, namun gagal. Karena nilai rata-rata rapornya 8,9 dari minimal nilai 9,5 sampai 9,6 yang SMA itu tetapkan.
Sedih, merasa buruk. Dia juga merasakan gagal lagi saat hendak kuliah. Sejak kecil Kak Tsana bercita-cita ingin masuk UI atau UNDIP, fakultas kedokteran. Katanya dalam podcast ini, pede sedunia.
"Ya, tapi gimana lagi, dari dulu aku ngga punya bayangan apapun lagi selain jadi dokter."
Ia menempuh tes SBMPTN lalu gagal, ujian mandiri gelombang satu gagal, gelombang dua gagal. Hingga ia merasa buruk sekali hari itu. Sedih, marah, kecewa, malu, jadi satu rasanya.
Akhirnya dia berhenti, istirahat.
Hingga ia berkata, "Yang salah bukan usahaku, yang salah bukan do'aku, tapi yang salah adalah mimpiku. Aku bermimpi akan sesuatu yang seharusnya tidak dituju. Aku terlalu angkuh membiarkan mimpi-mimpiku yang lain mengejarku tanpa aku memberinya kesempatan."
Dan tahukah, tidak lama dari waktu itu, mimpi-mimpi yang dulu dibiarkannya pelan-pelan terwujud. Bahkan terasa lebih baik.
Dia berhasil menerbitkan buku keempatnya yang berjudul 'Kata'. Februari lalu diundang menjadi pembicara di UI dan menyampaikannya di hadapan anak SMA 8, dan Oktober mendatang akan berbicara pada seminar di UNDIP.
Sungguh luar biasa, bukan? Mimpi-mimpi itu bahkan lebih baik. Dan dia berkata,
'Gagal itu sebenernya biasa aja, bahkan gagal itu ngga ada. Nanti kalau kita udah menyadari itu semua, amarah, rasa sedih, kecewa, juga bakal ngga ada.'
Saya lalu merenung dalam sekali. Saya gagal SNMPTN. Saya gagal kuliah. Dulu sempat gagal mendapat beasiswa OSC. Intinya saya gagal melanjutkan ke universitas tahun ini. Dan saya juga tidak tahu apakah bisa kuliah atau tidak tahun depan.
Tapi lihat, saya melihat perjalanan panjang saya selama beberapa bulan setelah kelulusan. Saya berhasil dalam banyak hal. Saya segera mendapatkan pekerjaan yang nyaman. Saya menang lomba. Saya mampu mengikuti proyek menulis yang sebentar lagi akan terbit bukunya. Dan banyak hal lain. Jadi intinya, gagal itu ngga ada dan tetaplah bersemangat.
0 comments