Learn
Dalam belajar, apa pun konteksnya, aku sering temui tidak nyaman. Saat sekolah ingin lekas keluar ruangan, pulang sebelum senja atau hujan, jajan yang banyak.
Saat diajari, aku ingin gelasku tidak terkosongi lagi. Alih-alih mengosongkan gelas yang sudah kupunya, dengan ego aku berkata lirih: kenapa tidak sekalian aku beli gelas yang baru, yang lebih banyak. Jadi ketika yang satu penuh, biar tumpah-tumpah sesukanya, kan aku punya cadangan.
Aku serakah ingin melahap yang harusnya satu-satu jadi satu waktu. Semuanya kukumpulkan dalam kepala, banyak yang tak kubagi-bagi, kusimpan sendiri, sampai tertumpuk banyak sekali, dan aku kesulitan meraih kembali.
Suatu waktu, kenalanku pernah berbagi cerita, "Kadang kita overwhelmed karena menyerap informasi terlalu banyak, dari mana-mana, sebaiknya 'mendekati' imbang dengan menerapkan yang baik yang sudah diserap."
Dari beliau pula, aku tahu, "Kak Iqlima, sepertinya kalau orang-orang sudah langsung 'bisa' dalam rentang 1-2 hari, merasa nyaman, merasa tidak sulit, maka itu namanya bukan belajar."
Ternyata belajar, yang tentu ragamnya ada banyak di semesta ini, selalu butuh kerendah-hatian, kesabaran yang membumi, menekan keinginan untuk terlihat sempurna, dan just do it pada beberapa kondisi, tanpa alasan.
Aku belajar bahwa belajar bukan hanya tentang learn, tapi juga tentang re-learn dan un-learn, dan tidak ketinggalan learning how to learn. Tentang adab, attitude yang harus lebih diutamakan daripada sekadar content/materi yang didapat.