Hidup Kita Terbentuk dari Rutinitas-Rutinitas Harian
Hidup kita, tersusun dari rutinitas-rutinitas kecil, yang membangun pelan-pelan hari kita. Bahwa, tanpa mereka, pikiran kita akan melayang, tak terikat keharusan, harus lakukan apa. Bahwa rasa sungkan tiap Senin tiba, membentuk tahun-tahun kita. Bahwa kesepian bagi yang sendiri, saat detik-detik menjelang malam di hari Sabtu, sudah jadi kebiasaan. Berharap-harap supaya hujan. Supaya yang punya pasangan tak bisa lagi ke mana-mana dan makan malam bersama. Tanpa mungkin sadar, bukankah hujan jadikan malam lebih romantis, untuk dilalui berdua, untuk dinyanyikan bersamanya lagu-lagu cinta?
Rutinitas kecil, pergi ke kamar mandi berkali-kali saat hari dingin. Makan indomi jam dua pagi, ya tentu saja, sambil memikirkan betapa usia tak pernah menunggu kita. Padahal tiap ia datang satu tahun sekali, kita sambut dengan perayaan-perayaan besar. Yang mungkin tak megah, tak mewah, tapi kita sisipkan kesan-kesan baik di sana. Semoga, semoga, yang di depan nanti, adalah hari-hari yang bisa diandalkan untuk dilalui.
Kita membeli banyak jurnal, untuk merawat ritual harian, agar tumbuh baik ia. Jadi teman yang selalu ingatkan kita, bahwa teratur dan disiplin pasti berbuah baik saat dituai. Mereka memelihara kita, dari bangun kesiangan, tidur kemalaman, makan terlalu banyak, minum terlalu sedikit, mengenang terlalu banyak, melupakan terlalu sedikit.
Apakah sarapan sereal dan susu tiap pagi, bisa buat raga kuat, untuk menahan beban-beban yang ada, dengan sendirinya? Sedangkan kita cuma punya sereal, cuma punya susu, yang harganya bukan tiga ratus juta. Yang tak bisa beli suplemen-suplemen penguat hati paling mahal. Agar hari-hari setidaknya bisa kita jalani, tanpa terengah-engah, dengan kuat, semangat, dengan senang juga. Tentunya.