Teruslah Berjalan, Kita
Suatu hari, kita amat terseok langkahnya, jalanan masih panjang di depan sana, kita rasa kaki kita tak cukup kuat. Suatu hari, pundak kita sangat ingin rebah. Beban bak batu yang tiap hari makin ditambah. Kita rasa, kita ingin menyerah.
Suatu hari, kita sampai, kita tiba di hari, di mana sepertinya petunjuk menyapa. Kita diberi peta yang membawa ke seluruh sudut kehidupan. Peta yang meyakinkan kita bahwa semua tempat bisa digapai.
Suatu hari, kita mulai berjalan. Pundak kita sudah kita latih, kaki kita sudah lebih banyak lagi berjalan. Ternyata, peta mengubah banyak pemikiran, yang tadinya buntu, jadi menemukan semua tuju. Kita sampai, di suatu tempat, di mana di sana langit indah sekali. Kita menengadah, kita lupa selama ini kita selalu lalai saja sekadar tengadah. Padahal di bawahnya, kita selalu berteduh, tak peduli diri sedang rapuh, jatuh, atau bahkan sekalipun baik-baik saja dan utuh.
Suatu hari, peta kita hilang. Kita sudah cari ke seluruh penjuru, tapi tak kunjung bertemu. Betapa ternyata, berjalan tanpa petunjuk adalah sukar. Kita meraba-raba, menyentuh gelap. Matahari, bulan, dan bintang menolong kita. Tapi, jika suatu hari, tak ada lagi penolong, matahari, bulan, bintang, apa tandanya kita tak akan berjalan lagi? Apa tandanya, diri kita sudah terlalu tak mampu, menolong dirinya sendiri, membawa langkahnya sendiri, ke mana saja mau? Padahal, bukannya, penolong tak pernah abadi adanya, semua fana.
Kecuali, jika kita minta tolong, pada yang punya segala Kuasa, supaya langkah diringankan, jalan diterangkan, pintu-pintu dibuka, tirai disibak, keraguan-raguan diganti jadi yakin, dan yakin dijadikan selalu bertambah-tambah. Sampai kita percaya, hanya dengan-Nya menuju ke manapun akan mudah sampai. Dan tentu dengan selamat.