Perjalanan Pulang :)
Sehabis membaca blog sahabatku, Fa, tentang dia dan segala drama per-keretapian-nya menuju Malang (atau Lumajang (?), entahlah aku lupa), aku jadi teringat dengan kisahku dulu mengenai bis, jemputan, dan kisah perjalanan pulangku dari mengajar, yang sepertinya lebih bagus kalau tidak terjadi saja :'
Aku mengajar di sebuah SD swasta saat itu, seperti biasa, diantar menggunakan motor oleh salah satu anggota keluarga. Karena ya Allah demi apa pun, naik motor di Majenang ini menakutkan sekali, aku bisa tapi ... skip this topic.
Aku datang cukup awal. Waktu itu masih jadi guru baru. Sedang senang-senangnya menggunakan alat presensi yang ternyata setelah aku cek harganya di internet, cukup untuk uang makanku (barangkali) sebulan. Betapa sekolah yang keren dan bonafit.
Singkat cerita, jam pulang tiba. Aku menunggu jemputan. Karena masih punya cukup tenaga, aku inisiatif jalan sampai ke depan jalan kecil, Jalan Sirkaya, agar yang menjemputku nanti langsung sat-set-sat-set dan tidak harus masuk ke SD.
Ternyata, jemputanku tidak kunjung datang. Aku lupa kenapa, tapi aku maklum karena orang rumah barangkali ada kepentingan lain. Aku mengabari keluargaku supaya aku pulang sendiri naik bus. Keputusan yang aku sesali Astaghfirullah :)
Aku menunggu kurang lebih hampir setengah jam. Menantikan bus yang sesuai. Bus kecil di sini banyak tapi yang ke arah rumahku sangatlah jarang. Kabar baiknya lagi aku belum sarapan (karena tak suka sarapan) padahal aku harus minum obat. Akhirnya aku sarapan (siang hari) di kedai gorengan dekat tempatku berdiri.
Saat aku sarapan siang hari itu, bus kecil datang. Aku buru-buru membayar pada ibu kedai, dan naik bus yang ternyata ... aku salah baca jurusannya. Bukan ke arah rumahku :)
Akhirnya karena bingung, aku diam sebentar (atau cukup lama?). Membingungkan kebingunganku. Hingga akhirnya, brakkk, handphone-ku jatuh. Alhamdulillah ibu-ibu penumpang di belakang meneriaki kalau handphone-ku jatuh sehingga aku tak kehilangan handphone hari itu. Dan ternyata, tak lama kemudian, handphone-ku jatuh lagi. Lucu sekali!
Aku akhirnya dengan segala keberanian dan rasa malu yang ditutup-tutupi, berteriak pada sopir bus,
"Pak, punten, ini ngga ke Pahonjean, ya, Pak, bisnya?"
"Ya, engga atuh, Neng, ini kan bis Karang Pucung," Aku baru sadar aku selalu ceroboh melihat nama bus. (Bus Karang Pucung sedang mencari penumpang lalu putar balik di pertigaan)
"Berarti saya salah bis, dong, Pak? Turun aja ya, Pak, ya?" Aku lalu memutuskan turun karena busnya sudah jalan cukup jauh :"
"Oh, iya, Neng, nggapapa,"
"Tapi bayar ngga, Pak, nih, saya kan salah naik bis?"
"Ngga usah, Neng, nggapapa."
Alhamdulillah, aku lalu mengucapkan terima kasih pada Bapak Supir Bus yang tidak menyuruhku membayar, dan berterima kasih kepada diriku sendiri karena tidak melanjutkan kebodohanku, meskipun pada akhirnya aku naik angkot lagi pulangnya :)
Akhirnya, dengan segala drama ini, aku jadi sadar, kalau naik bus itu, diliat-liat dulu tulisan jurusannya :) sip :)