Perasaan-Perasaan yang Mencengangkan

by - January 05, 2022

Belakangan ini aku merasa aku sedang mabuk buku dan mereka semua tampak seperti anggur yang sama-sama menggiurkan. Minuman yang walau aku tak tahu bagaimana cara mereka bekerja dalam tubuh, dan tentu saja aku tak akan pernah coba sampai kapanpun, tapi selalu terdengar begitu mewah saat diceritakan dalam novel-novel. Buku-buku dan aku seperti teman-teman yang bergerombol dan menceritakan kisahnya sendiri-sendiri secara bersamaan. Hahaha, kau tahu? Membingungkan. Aku selalu tak pernah bisa hanya suka pada satu buku sebagaimana aku berusaha setia saja pada kekasihku satu-satunya besok. Buku-buku terlalu banyak, dan jika aku hanya mencintai satu, kupikir aku sedang dalam kerugian besar. 

Mungkin aku pernah dan sering terjebak dalam perasaan mencintai lebih dari empat orang dalam satu waktu. Yang A punya ini, B punya itu, C mengagumkan sekali, D sepertinya perfect, begitu seterusnya, begitu seterusnya. Hahaha. Tapi lucu sekali ketika mereka semua kukagumi, namun tidak ada satu pun yang sepertinya akan tahan lama, akan awet saja sampai usiaku habis dimakan tahun-tahun panjang. Aku sudah dua puluh, sebentar lagi dua puluh satu, dan belum setia? Dan belum menemukan satu pun yang ingin kuperjuangkan dengan seluruhnya?

Pasangan tidak seperti buku yang ketika kau suka, kau dengar review-nya dari orang-orang, lantas kau segera cari ke toko buku, dan ketemu! Kau bawa ke kasir sambil membayangkan nanti sambil minum secangkir matcha, kalian akan berduaan sepanjang hari dalam kurun kurang dari seminggu. Lantas dalam harapanmu dia bakal memberimu pengalaman paling tidak terlupakan dan mungkin esok hari menjelma jadi kenangan-kenangan yang mengganggumu sebelum tidur. Jahat sekali aku pikir ketika aku suka seseorang, lantas aku merasa aku bisa bersamanya, membawanya pulang, menghabiskan waktu berdua, padahal kami baru saling kenal. Lalu seperti buku-buku, dia bakal kutinggalkan saat ceritanya sudah habis, saat dia beranjak membosankan, atau bahkan aku yang bosan.

Mabuk buku lebih indah dan spesial daripada aku mencintai empat orang dalam satu waktu. Buku memberiku nasihat-nasihat kecil yang bisa kulipat-lipat dan kubuka lagi saat sedang ingin. Mereka seperti secarik pesan di saku bajuku, yang meski sering lupa kukeluarkan, lalu tercuci dan tidak sengaja terjemur, akan tetap di sana. Lantas aku yang sedang melipat-lipat baju atau beranjak menyetrika, menemukan kertas-kertas nasihat itu sambil kegirangan dan loncat-loncat seperti tak sengaja mendapatkan uang pecahan besar.

Perasaan mabuk yang ajaib, dan meskipun aku belum tahu bagaimana rasanya mabuk, aku akan tetap membayangkannya sebagai sesuatu yang indah. Aku pernah halusinasi karena mengidap suatu penyakit dan menurutku itu pengalaman unik yang mencengangkan. Bayangkan suatu hari kau berbicara sendiri dan di kepalamu teman-teman menyahutimu seperti kalian sedang dalam satu ruangan untuk membahas hal-hal receh dan lucu. Aku bersyukur pernah mengalaminya meski orang-orang menganggapnya lebih seperti duka yang harus dikasihani daripada sebuah berkat. 

Baiklah, baiklah, sebelum aku semakin mabuk, aku bakal segera menuntaskan tulisan ini lalu mungkin akan pergi tidur, itu pun kalau bisa. Tidur bagiku kadang seperti ladang perasaan bersalah, karena aku tahu saat tidur aku tak mengerjakan suatu apa pun, aku tak menikmati apa pun, selain mimpi-mimpi yang mungkin cuma indah saja di bawah ketidaksadaran. Dan merasakan bahagia di saat kau sedang tidak sepenuhnya menyadarinya, tidaklah sebahagia itu, kan?

You May Also Like

0 comments