Channel YouTube Satu Persen dan Teman-Teman Baik: Hadiah Paling Spesial dari Tuhan Sepanjang Perjalanan Hidupku dengan Gangguan Bipolar (Satu Persen Blog Competition)
Aku gak pernah nyangka, dari seluruh garis kehidupanku, Tuhan kasih di salah satu fragmennya, hadiah yang istimewa. Bukan harta, bukan prestasi menang olimpiade biologi atau apa pun itu, tapi ... diagnosis gangguan bipolar. Dulu rasa-rasanya, hidupku baik-baik aja, aku tumbuh jadi gadis yang cemerlang dan berkecukupan, hingga aku sadar, kalau hidup itu indah karena jalannya gak pernah selamanya bagus. Kadang kita dibawa dulu ke jalan yang penuh batu dan duri-duri buat nanti bisa sampai di tempat yang mengagumkan.
Sejak dapat diagnosis gangguan bipolar dari psikiater 2016 lalu, aku ngerasa Tuhan lagi sungguhan ngebentuk aku, dengan ‘dibanting-banting’ dan ‘dilempar’ ke sana-kemari dulu. Aku pengin berbagi sama kamu, gimana aku menghadapi semua perasaan sedih dan gak diterima dari orang lain karena bipolar, tentang betapa baiknya Tuhan pada akhirnya izinin aku bisa bertahan sampai hari ini.
Eh, Ngomong-ngomong, Apa, sih, Definisi Gangguan Bipolar Itu?
Mengutip dari hellosehat.com, Bipolar disorder, atau yang juga dikenal dengan gangguan bipolar, adalah suatu gangguan mental yang menyebabkan terjadinya perubahan mood yang ekstrem. Hal ini membuat orang yang mengalaminya bisa berubah perasaan secara tiba-tiba dari sangat bahagia (mania) menjadi sangat sedih (depresi).
Cr : freepik
Dulu, waktu baru aja nerima dan baca kertas hasil diagnosis psikiater, aku bingung karena jujur gak tau bipolar itu apa. Akhirnya, karena penasaran, sama seperti banyak sekali manusia di muka bumi ini, aku googling. Setelah baca-baca, aku baru sadar, ternyata ada bagian dari masa kecilku, juga beberapa luka batin yang dibiarkan bertumpuk-tumpuk, yang akhirnya bikin aku harus berteman dengan bipolar, seumur hidup.
Jadi, Apa dong Berarti Penyebabnya Seseorang Bisa Terkena Gangguan Bipolar?
Masih melansir dari hellosehat.com, ada 3 faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengidap gangguan bipolar, yaitu:
1. Kondisi otak
Dalam otak terdapat zat-zat kimia (neurotransmitter) seperti dopamin, serotonin, dan noradrenalin, yang dapat mempengaruhi tingkat suasana hati (mood). Gangguan bipolar dapat disebabkan ketika terjadi ketidakseimbangan neurotransmitter-neurotransmitter ini di dalam otak.
2. Keturunan (genetik)
Faktor genetik, terutama pada keluarga tingkat pertama seperti orangtua atau saudara kandung, juga dapat menyebabkan seseorang mengidap gangguan bipolar.
3. Pengaruh lingkungan sosial
Para peneliti telah menemukan bahwa terdapat beberapa faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya bipolar disorder. Faktor-faktor tersebut dapat berupa perasaan stres akan suatu kejadian atau trauma, seperti kematian anggota keluarga terdekat, hubungan yang buruk dengan orang lain, perceraian, dan lainnya.
Sejauh pengamatanku ke dalam diri sendiri, sepertinya aku mulai paham, bahwa lingkungan yang ngebentuk aku selama ini, bisa dibilang gak sehat. Aku gak terbiasa bercerita ke siapa pun, bahkan orang terdekat, karena aku tau, ketika aku cerita aku gak akan dapat apa pun. Rasanya dipeluk, atau dibilang “it’s ok, dear, you did it well”, adalah hal yang hampir mustahil. Aku justru dapat judgement yang sangat gak enak buat diterima saat baru aja memulai cerita. Meski berkecukupan dalam banyak sekali aspek kehidupan, aku rasa sebagai seorang anak kecil dulu, aku gak cukup beruntung perihal lingkungan bertumbuh dan support system.
Sejak kecil hingga remaja, karena terlalu menutup diri, aku jadi gak punya teman dan bahkan sempat di-bully. Teman-teman cuma datang saat mereka kesulitan bikin tugas, butuh diajarin, bahkan disontekin. Orang-orang bilang aku kaku, terlalu serius, garing, sederet tanggapan yang ‘katanya’ gak mengantarku buat punya teman. Ada masa aku ngerasa sangat buruk karena guru-guru sampai nyuruh aku buat teriak dan marah, karena aku sependiam dan sepasif itu dulu.
Hal ini, bikin aku malas buat menjalin hubungan dengan teman, dan pada beberapa waktu seiring tumbuh dewasa, ada pikiran buat gak akan menikah sampai kapan pun. Hingga akhirnya, Tuhan seperti nunjukkin jalan yang indah banget, yang bikin aku percaya kalau aku layak jadi manusia yang diterima dan dicintai.
Hari itu, aku baru aja pulang selesai opname di sebuah rumah sakit di luar kota. Yup, aku absen satu bulan lebih, dan ternyata keluargaku gak kasih informasi ke pihak sekolah kalau aku harus dirawat karena bipolar. Jadi, teman-teman sekelas juga banyak yang kirim pesan, tanya ada apa sebenarnya.
Salah satu dari puluhan pesan itu, seakan bikin aku ngerasa, “ternyata masih ada yang segitunya nyari aku.”
Iya, ini dari teman laki-laki. Setelah aku berangkat, sepertinya dia notice kalau ada yang gak biasa dari aku. Karena sebenarnya udah sering kirim pesan juga dari tahun sebelumnya, aku cerita jujur kalau, “yash, there’s a thing, really difficult for me.”
Long story short, ternyata hari-hariku di sekolah kacau. Aku sama sekali gak bisa fokus, pelajaran paling mudah buat teman-teman pun aku gak bisa ngerti, kondisi mood-ku juga naik turun parah. Belum lagi karena absen satu bulan itu, aku harus ikut banyak ujian susulan, dan aku putus asa waktu itu sekadar buat bisa naik kelas.
Teman laki-lakiku tadi lalu bilang, “Aku bisa bantuin kamu apa?”
Seperti dapat hadiah yang indah banget dari Tuhan dan seisi semesta, dia temenin aku buat selesain semua ujian susulan, tiap hari sama-sama ke perpus buat bikin laporanku yang tertinggal banyak, diktein referensi jurnalnya, beliin makan siang, sepanjang hari dari pagi sampai waktu pulang. Aku baru ngerasa punya sahabat yang benar-benar ada di saat-saat paling sulit, dan Alhamdulillah, tahun itu, aku berhasil naik kelas! Kenyataan yang bikin aku bahagia lebih dari apa pun.
Cr : freepik
Ternyata tahun-tahun setelahnya, Tuhan membayar semua rasa sedihku, rasa pernah gak diterima dan dianggap aneh, dan gak punya teman sejak kecil, dengan hadiah-hadiah yang bisa aku bilang ‘kebanyakan’, “those were so much for me!”
Jadi, karena sejak kecil dulu aku gak punya teman di real life, ini bikin aku jadi punya teman-teman baru dari dunia maya. Kami gak pernah ketemu, beda kota, tapi sangat dekat seperti saudara. Mereka mengirim surat, paket hadiah, ucapan-ucapan semangat supaya aku terus kuat buat nerima apa pun dalam hidup, termasuk bipolar. Bahkan, aku jadi dekat dengan beberapa teman yang juga sama-sama penyintas bipolar, dan mereka selalu ngasih info ter-update seputar konseling, video dan konten kesehatan mental, serta akses ke terapi-terapi yang mungkin suatu saat bisa aku coba.
Karena ini, aku jadi kenal dengan channel YouTube Satu Persen, sebuah platform life school berbasis kesehatan mental. Belakangan aku juga jadi tau kalau ternyata Satu Persen punya website dan blog, akun Instagram resmi, dan podcast. Aku sangat terbantu buat mengenal tentang gangguan bipolar dan juga diri sendiri dari sini. Lewat podcast dan video-video di YouTube Satu Persen, aku jadi semakin sadar, bahwa ternyata, “gak pa pa, loh, buat hidup jadi orang yang biasa-biasa aja, gak pa pa buat bikin boundaries ke orang-orang yang gak baik buat kesehatan mental kamu.” Aku belajar banyak tentang self-love (kamu bisa baca tentang self-love versi ‘Satu Persen’ di sini) termasuk cara improve kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Mengutip dari Tsana ‘Rintik Sedu’, kalau, “aku bahagia, tapi ternyata bahagia sendirian itu gak enak”, aku pengin juga kamu yang baca tulisanku ini, ngerasain bahagia dan lebih mengenal diri kamu sendiri bersama Satu Persen. Kalau kamu lagi ngerasa kehilangan diri, aku punya beberapa rekomendasi podcast dan video YouTube Satu Persen yang bisa kamu akses dengan klik di sini.
Dan kalau kamu masih ngerasa sedih dan bingung, kamu bisa coba layanan mentoring Satu Persen di sini.
Oh, iya, aku pengin mengucapkan terima kasih banyak buat Satu Persen, video-video kalian membantu aku tumbuh dan jadi lebih percaya diri. Tahun 2021, aku dengan izin Tuhan, mencapai banyak achievements, di antaranya menerbitkan buku dan bisa bangun sebuah platform bertumbuh di Instagram. Aku senang bisa mendirikan platform tersebut bersama dua orang temanku, masih gak percaya juga bisa memimpin dan bekerja sama dengan tim yang keren. Semoga, Satu Persen semakin bertumbuh, dan kamu yang membaca tulisanku ini juga, semakin mengenal versi terbaik dari diri kamu sendiri.
Ok, last but not least, aku cuma mau bilang, “Gak pa pa kalau suatu hari kamu jatuh, kamu masih punya banyak hari di depan buat bikin ‘jatuh’ kamu kemarin, jadi kenangan manis buat kamu ingat saat udah jadi bintang yang sangat terang di kemudian hari. Tetap semangat, hidup berat, tapi karena kamu diberi kesempatan punya hidup yang berat, kamu sekarang jadi manusia yang lebih dan jauh lebih kuat!”
#SatuPersenBlogCompetition
#HidupSeutuhnya
Referensi:
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/mental/gangguan-mood/gangguan-bipolar/%3famp=1
Nb : Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba blog Satu Persen, ditulis oleh: Iqlima Hatta Wardhani (iqlimahattawardhani@gmail.com)
6 comments
Terimakasih sudah berbagi tulisan sekeren ini ♡
ReplyDeleteterima kasih kembali ya kak, semoga kuat dan keren senantiasa 🤍
DeleteIqlima, terima kasih atas tulisannya.
ReplyDeleteSemoga Iqlima selalu dibersamai oleh orang-orang baik, yaaa ❤
Masya Allah terima kasih banyak kak buat doanya, doa yang terbaik juga buat kakak ❤️
DeleteTerima kasih kak
ReplyDeleteKakak keren banget dan menginspirasi♡♡♡
Semoga kakak juga tetap selalu semangat, semoga aku dan semua yang baca bisa bertumbuh dan menemukan versi terbaik diri sendiri, kayak kakak♡♡
Kakk, terima kasih banyak banyak banyak! 🤍 Aamiin semoga kita bisa terus bertumbuh ya, semangat! 🤍
Delete