Menjamu Segala Jenis Perasaan
Huah, rasanya sudah lama aku tidak menulis, membiarkan blog ini berdebu. Tiba-tiba ada sekilas kenangan yang muncul, seperti tiba-tiba mencuat dari dalam kepalaku, aku menulis artikel kesembilanku --Mengenal Lumut (Bryopyhta)-- saat sedang duduk di suatu seminar. Aku lupa tepatnya, apakah itu di dalam seminar (?) atau event, atau kajian yang diadakan SMA-ku (?), dan alih-alih menjadi pendengar yang baik, aku malah mengetik banyak sekali di handphone. Dengan asyik aku mengetik materi yang baru saja kupelajari, pelajaran biologi, dan ya, sedang rajin-rajinnya mengisi blog. Sampai kadang aku pergi ke perpustakaan SMA bukan untuk meminjam buku atau mencicil tugas, tapi update blog pakai komputer perpus wkwk.
Akhirnya tiap 1 bulan sekali aku mem-publish 3-4 artikel, selang-seling antara motivasi, cerpen, dan rangkuman hasil aku belajar biologi. Hahah, pernah ada masanya saat SMA aku begitu terobsesi dengan biologi, apakah karena saat itu aku 2 tahun ikut olimpiade sains kabupaten bidang biologi atau yaa ... memang sedang masanya, menyukai sesuatu tanpa alasan.
Kita semua pasti pernah menyukai hal-hal dalam hidup kita tanpa suatu alasan. Menyukai seseorang tanpa alasan. Suka berteman dengan teman terbaik kita tanpa ada alasan apa pun di baliknya. Atau mungkin jika memang ada dan mau disebutkan, alasan yang paling masuk akal dan tidak muluk-muluk adalah ... kenyamanan.
Tapi sesuatu yang disukai tanpa alasan, kadang bisa juga hilang rasa sukanya tanpa alasan juga. Semua hobi yang tiba-tiba rasanya jadi hambar. Semua orang yang tiba-tiba terasa sama saja. Semua kegiatan yang tak lagi sama rasanya seperti saat pertama kali.
20 April, tinggal tiga bulan lagi, dan jika hidupku sampai di tanggal itu, berarti usiaku sudah 24 tahun. 24 tahun dengan setumpuk kegagalan yang rasanya sudah bukan menyakitkan dan menyedihkan lagi, tapi rasanya apa yaa, tak ada. I mean, mati rasa.
Hei, tapi sebenarnya aku tak ingin mengeluh banyak-banyak, aku juga tak suka tiba di suasana yang ada aku di dalamnya dan di sana aku sedang mengeluh. But, I'm human too, kadang-kadang ada juga rasa capeknya hehe.
Aku pernah membaca quotes yang bagus, "If you get tired, learn to rest, not to quit."
Kalau lagi capek, belajar buat istirahat bentar, jangan lari, jangan kabur, jangan menyerah hehe.
Dan menurutku kita doing nothing sebenarnya tidak betul-betul tidak melakukan apa pun. Tapi mungkin memang tidak melakukan hal besar dan meraih pencapaian yang wow. Mungkin kita bilang kita sedang doing nothing, tapi kita tetap memasak makanan favorit kita, membaca buku yang sudah lama ada di wishlist, menonton anime (?) wkwk. Aku baru dua kali menonton anime, yang satu lupa judulnya, yang satunya lagi judulnya Look Back, tonton deh, bagus. Entah kenapa aku lumayan menikmati menonton anime, seperti banyak pesan yang tidak sederhana dan rasanya seperti nasihat mahal, tapi disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan mengobrak-abrik hati.
Mood-ku berubahnya tak dapat diprediksi, dan dengan diagnosis bipolar aku rasa mengatasi perubahan mood yang betul-betul jungkir balik ini betul-betul menantang. 20 Desember kemarin aku ke psikiater, aku coba psikiater lain karena psikiaterku yang biasanya ternyata tidak ada jadwalnya hari itu. Menyenangkan juga sesi konsultasinya, aku saat itu bilang aku stres sampai sering sekali muntah + tanganku tremor dan kebas, kayak orang kesetrum.
"Tapi kalau pas aku happy, aku nggak ngerasain sakit apa pun sih, " ucapku sambil bercanda.
"Lah iya, pinter kamu," seru bapak psikiater.
"Sensasi fisik di tubuh kita, ya di tangan, sesak napas, muntah, pusing, karena perasaan kita juga sedang tidak baik-baik saja,"
Semoga aku bisa melawan segala pergolakan batin ini, hm, tapi kayaknya bukan melawan, tapi menerima dan men-treat-nya sewajarnya.
Kalau sedang capek ya nikmati sebagaimana orang yang sedang capek, kalau sedih ya tidak apa-apa bersedih, dan kalau sedang bahagia, mari disyukuri.
Mungkin beberapa hari lagi moodku membaik, dan aku bisa beraktivitas dengan penuh semangat, dengan binar-binar keceriaan di kedua mata.
Dan sebetulnya setelah menulis ini aku sudah sedikit membaik. Mungkin rasa sedih dan tidak nyaman akan sedikit membaik ketika kita tahu sebetulnya kita selalu boleh bercerita.
Pada siapa pun. Termasuk pada diri sendiri.
0 comments