Perjalanan Menulis dan Editing (Saya)
Di saat kamu tidak tahu harus melakukan apa setelah gagal, sini saya beri tahu: kamu harus berdoa dan mencoba lagi.
Pernyataan di atas adalah nasihat untuk diri saya sendiri. Karena suka menulis, merasa jiwa saya ada di aktivitas ini, saya ingin berkarir di bidang kepenulisan dan penerbitan buku. Sembari saya menulis naskah yang rencananya (bismillah) akan menjadi buku solo pertama saya, saya punya keinginan yang cukup besar untuk berkarir menjadi editor.
Beberapa waktu lalu, Kak Ayu Zuhriansyah, seorang penulis novel, pernah menghubungi saya, "Kamu mau ngga jadi editor buat naskahku?" Karena satu dan lain hal, Kak Ayu mempercayakan naskahnya pada saya --dan beberapa teman lainnya--
Ini pengalaman pertama saya menyunting naskah. Penuh tantangan karena saya belum tahu apa-apa. Lalu saya teringat Kak Feresha Ray, editor di sebuah penerbit yang memuat naskah antologi saya dan teman-teman pada 2020 lalu, yang pernah mengirimkan naskah saya yang katanya sudah disunting menggunakan fitur track changes.
Saya mengecek ulang e-mail berisi naskah itu, "Ya ... track changes! Fitur apakah itu?" gumam saya sambil memperhatikan tulisan-tulisan yang penuh coretan revisi.
Saya segera membuka YouTube untuk mencari tahu. Mencari-cari video-video tutorial cara mengaplikasikannya. Rumit, rumit bagi saya kala itu. Jujur, saya kadang-kadang mengakui kalau diri saya itu gaptek hahaha.
Tapi, bukan saya jika saya berhenti belajar hanya karena sesuatu terlihat rumit. Saya lantas membuka Microsoft Word dan mengikuti langkah-langkah dalam video tutorial. Saya menggunakan naskah Kak Ayu, daaan ... voila! Di hari pertama mencoba, Alhamdulillah saya berhasil.
Untuk ukuran buku yang akan diterbitkan, naskah Kak Ayu tidak terlalu panjang, tidak sampai 100 halaman. Saya lalu menyuntingnya, sesekali sambil menelepon Kak Ayu, sesuatu yang menyenangkan sekali. Jujur, meskipun saya suka menulis, saya lebih suka memperbaiki ejaan, meneliti tanda baca, kapan suatu kata harus menggunakan huruf kapital, kapan dalam sebuah kalimat harus ada elipsis, dan sebagainya. Seru! Saya menikmati kegiatan ini karena saat mengerjakannya saya menyetel podcast Rintik Sedu di Spotify hahaha, terima kasih Tsana dan Spotify sudah menemani.
Dengan izin Allah dan kerja keras kami semua, Alhamdulillah naskah Kak Ayu terbit.
Tidak henti di situ, setelahnya saya cukup sering menemukan loker-loker menjadi editor. Tapi seperti pada umumnya manusia ketika berusaha ... mencoba di Androtia Publisher, gagal. Penerbit Nanggala, gagal. Penerbit Cookies Books, gagal. Ellunar Publisher, gagal lagi.
Saya cukup frustasi, sebab di keempat penerbit tersebut, saya sudah mengerahkan segenap kemampuan saya. Menjalani serangkaian tes yang meliputi tes menyunting naskah (biasanya 15-20 halaman dalam waktu kurang dari 3 hari) dan tes wawancara.
Mata saya sampai sakit, hehe. Tapi, karena saya sudah berkali-kali mencoba, saya jadi senang karena saya punya pengalaman dan mengetahui sedikit banyak pola tes untuk calon editor. Semuanya memperkaya wawasan saya dan membuat saya semangat belajar lebih banyak.
Pada 16 Juli kemarin, ibu saya bilang kalau ada magang editor di sebuah penerbit. Setelah saya cek info lebih lengkapnya, ternyata paid dan sistemnya remote. Senang sekali, dong, karena saat magang pasti banyak dapat ilmu keren! Meski setelahnya, rasa senang itu pudar sedikit.
"Kita, kan ngga punya laptop, ya, Bu. Adanya komputer. Tapi komputer ngga bisa buat zoom, kan? (Kecuali kalau ada webcam, headset, dan microphone-nya).
"Coba, tanya ke admin penerbitnya (karena punya laptop untuk zoom menjadi salah satu persyaratannya),"
Saya bertanya pukul 08.01 dan dibalas pukul 08.02, gercep sekali ya ampun!
"Boleh, kak, boleh dicoba daftar dulu, yaa."
Saya mendaftar pagi itu juga, mengisi form sekaligus tesnya, dan hingga saat ini masih berharap hasil yang terbaik.
Barangkali untuk kali ini saya tidak terlalu berharap lolos dan bisa lanjut magang selama 4 bulan, karena perlengkapan zoom meeting-nya qadarullah belum terbeli (untuk zoom lewat handphone sulit karena handphone saya sering bermasalah).
Tapi, jika diterima pun, semoga lancar -lancar segalanya dan saya menemukan solusinya.
Hehe, barangkali setelah gagal dan mencoba lagi: kamu akan gagal lagi. Mencoba lagi, lalu gagal lagi. Tapi setiap kamu gagal, kegagalan yang pertama, kedua, hingga ke seratus katakanlah, kamu akan bertumbuh. Pengalamanmu akan lebih banyak. Kamu akan lebih tangguh. Resilien.
Jadi, coba lagi saja :)
0 comments