Hanya saja level lelah kita berbeda :)
Kala itu, maghrib. Mendung hampir hujan. Ibuku baru pulang. Sebagai anak yang ekspresif, aku selalu riang menyambut siapa pun yang pulang. Aku akan melontarkan banyak pertanyaan, "Wah, Ibu pulang," "Ibu bawa apa aja?", " Seru nggak harinya?"
Aku membukakan pintu, tapi Ibuku diam saja. Semua sambutanku disambut dengan diam dan wajah yang tidak tersenyum.
Sebagai orang yang antusias dan suka tertawa, salah satu hal yang kadang tak kusukai dari orang lain adalah wajah yang tidak tersenyum.
Temanku, yang saat maghrib itu masih mengerjakan tugas bersamaku di ruang tamu, menyenggolku.
"Bicara itu ada seninya, Iqlima,"
"Kamu tau ngga kenapa kamu kecewa barusan?" Temanku ini sudah melebihi cenayang yang bisa membaca raut muka.
"Karena kamu selalu bicara di saat orang lain baru saja sangat lelah,"
Aku merekam kata-kata ini begitu dalam di kepalaku.
Iya, ya, aku selalu bicara di saat orang lain sedang lelah.
Btw, mari kita alihkan fokus bahasan kita sebentar.
Sebagai perempuan, aku termasuk perempuan yang sangat energic. Bukan dalam ranah fisik yang terlalu pecicilan dan hobi lari-lari, tapi aku memang punya banyak sekali energi. Orang di sekitarku kadang heran kenapa aku bisa memegang 3 project sekaligus, bisa buat video dan podcast di hari yang sama, dan kadang masih sambil melukis atau main lego bersama adikku. Seringnya, itu pun masih merasa terlalu energic sehingga aku ikut kegiatan sukarelawan supaya aku bisa menyalurkan ide dan energi yang kalau disimpan sungguh tidak nyaman.
Karena bergabung di beberapa project sukarelawan, tentulah aku hanya bertemu dengan orang-orang yang sama. Orang-orang yang suka mengabdi, orang-orang yang memang sengaja mencari kegiatan dan berpetualang. Offline dan online.
Aku pernah diajak temanku memasak 15 nasi, telur, sayur, dan kami bertiga berkeliling mulai dari Pahonjean sampai Cimanggu. Naik sepeda dengan 15 nasi bungkus itu. Lelah? Lelahnya sebentar, tapi malah justru semakin senang. Melihat bapak-bapak becak tersenyum, anak jalanan tersenyum, ada yang minta 2 bungkus untuk dibawa pulang untuk keluarga pun kami bagi 2 bungkus. Temanku bahkan bawa makanan kucing dan masih sempat-sempatnya menyapa semua kucing di jalan.
Di online pun begitu, volunteer tidak hanya 3 hari, namun 1 bulan. Lelah? Lelah, tapi lelahnya sebanding.
Hingga aku teringat perkataan temanku tadi, "Kamu selalu bicara saat orang lain baru saja sangat lelah,"
Dan ternyata, setelah bertemu banyak sekali orang dengan beragam latar belakang, usia, dan pekerjaan, selain sukarelawan: aku merenungi 1 hal:
Lelahnya orang beda-beda dan kita harus bisa melihat sikon. Ada yang bekerja 3 jam sudah sangat lelah. Ada yang sepanjang hari bisa menulis tapi biasa saja dan ketika sudah tidur hilang semua kelelahannya. Ada yang pergi ke satu tempat sudah habis energinya. Ada yang satu hari bisa menghandle banyak urusan di tempat berbeda-beda.
Dan aku jadi perlahan mengerti. Kita tidak bisa selalu menaruh 'kompas' untuk orang lain yang punya track, bawaan, tujuan, dan kompas lain juga. Kita tidak pernah benar-benar secara presisi berada di garis start yang sama, medan yang sama, pemandangan dan orang-orang dalam perjalanan yang sama, sehingga mengapa kita meminta orang lain untuk punya kompas, prinsip, dan idealisme yang sama?
Dan kakak kelasku juga pernah bilang, "Setelah dewasa aku baru tau, seringnya orang marah dan tidak tersenyum itu karena cape,"
Jadi lelah pun ada levelnya. Dan kadang kita menjadi sangat kecewa karena tidak memahami level-level lelah ini.
Dan ini bukan salah siapa-siapa. Kalau semua orang diciptakan dengan level lelah yang sama, semua orang akan jadi pembalap, semua orang akan terus berjalan, dan tak pernah ada yang menjadi petugas SPBU: memilih tidak ikut balapan justru karena saat semua orang tertidur, dia yang akan berperan paling banyak dan terjaga.
Kita tidak selalu perlu menjadi Valentino Rossi, Mark Marquez ... kita bisa juga jadi bapak-bapak starling yang jualan kopi keliling di tengah kesunyian dan gelap malam. Memberikan makna, kontribusi, dan cahaya dengan caranya sendiri.