Membaca Saya

Selayaknya bahagia pergi, sedih pun pasti akan pergi juga. lalu diganti terharu mungkin, lalu diganti keriangan kecil mungkin, atau bahkan, mungkin sekali oleh Tuhan, diganti dengan kejutan besar; yang saaangat besar.

Aku jatuh lagi dengan perasaan tidak cukup baik. Merasa diri sangat kurang terlepas dari penilaian orang lain bahwa aku katanya sangatlah keren. Aku tidak melihat ada yang keren dalam diriku. Mungkin yang tampak hanya sebagian titipan Tuhan saja, yang kebetulan terasa keren di mata orang lain.

Aku kurang bersyukur? Barangkali iya. Tapi aku ingin bertanya banyak sekali pada diriku sendiri, apa yang membuatku tak cukup bersyukur di atas segala nikmat melimpah yang diberikan-Nya atasku? Apa karena sekarang aku hanya fokus pada komparasi-komparasi di dunia yang entahlah ini, sehingga lupa kalau yang harus kutanamkan fokus lebih banyak adalah kualitas diriku sendiri?

Tapi beberapa orang benar benar bilang aku keren. Aku cerdas. Aku sangat brilian bahkan jenius. Tapi apa iya? Sesekali aku membuka lemari, di sana banyak terdapat rekam jejak bahwa ternyata aku pernah keren. Sertifikat pelatihan olimpiade sains biologi di Bandung, peraih nilai UN tertinggi saat SD dan MTS, sertifikat ranking 1 saat di pesantren, peraih nilai 100 pada mata pelajaran tertentu, juara-juara menulis puisi. 

Tapi kenapa tidak kunjung mencukupkan aku? Barangkali mulai hari ini aku akan sedikit memulai berbenah. Melihat dunia tidak sebagai ajang komparasi, melainkan kolaborasi. Bahwa semua manusia pasti keren di hal hal tertentu, dan lemah di sebagian yang lain. Bahwa semua manusia adalah makhluk yang tidak pernah akan sempurna, dan tentu tidak akan bisa. Bahwa hal yang paling dibutuhkan di dunia yang sedang tidak baik baik saja ini adalah penerimaan dan rasa cukup.

Sebab, katanya orang lain tidak akan percaya pada kita, sebelum kita menumbuhkan rasa percaya diri yang begitu tulus pada diri sendiri. Terlepas kecewa. Terlepas marah. Terlepas apa saja. 

Dan katanya, semakin dewasa, kita juga semakin mendapat banyak pelajaran baru, yang luaaar biasa.

Apa kau pernah merasa bahwa menyaksikan perjalanan tumbuhmu adalah istimewa? Apa dalam luasnya hatimu kau merasa suatu saat hatimu akan dibagi juga untuk kita bersama? Dan bukan hanya untuk kita berdua, tapi untuk banyak sekali orang. Yang tertolong dengan perkataan baikmu, perlakuan-perlakuan kecilmu yang manis, segala hal yang membuat orang lain lupa bahwa mereka sedang menangis.

Padahal kau sering menangis juga, kan, ya? Di sudut kamar saat sedang begadang karena masih banyak hal yang perlu dikerjakan. Tentang kerumitan-kerumitan yang entah kenapa selalu muncul dari mana mana saja. Kau menangis tapi di kesendirian saja. Seperti inginmu menunjukkan pada dunia bahwa tawa lebih penting dari segalanya.

Kau patah, hancur, runtuh, tapi tersenyum juga. Kau sedih, marah, kecewa, tapi bahagia juga. Perasaan yang megah karena kau masih punya banyak sekali ragam perasaan.

Harapanku, bahagia dan rasakanlah bahwa dunia adalah tangan-tangan yang selalu terentang untukmu. Bahwa dunia akan memelukmu seperti kamu memeluknya dan memeluk orang-orang di dalamnya. Kau baik, kau mengagumkan sekali. Lekaslah bersuka cita, ya. Semangat :)