Membaca Saya

Aku pernah membayangkan bagaimana jika suatu saat lukaku ditukar dengan milikmu. Aku pernah membayangkan juga di jauh sudut hatiku yang lain bagaimana jika sukaku pun dibagi denganmu. Akankah melalui hari-hari denganmu adalah sebuah seni yang selayaknya aku suka atau tidak suka dengan hasilnya tapi aku suka melalui prosesnya.

Tuhan, aku ingin, sebuah hati yang megah. Sebuah dan sepotong saja hati yang indah. Yang merasakan apa saja di dalamnya dengan perasaan dan prasangka baik. Bahwa hal-hal terjadi memang karena kehendak-Mu, di samping usaha dan doaku pada-Mu.

Aku ingin punya sepotong hati yang cantik, meski wajahku tidak cantik. Aku tidak ingin orang-orang memandangku sebagai pengecut yang mudah menyerah dan keluar dari lintasan. Menyerah begitu saja karena kekalahan-kekalahan yang sepertinya telah tampak di depan mata.

Aku ingin supaya aku setegar dan sekuat dulu. Tidak seperti sekarang yang cengeng karena satu-dua perkataan orang. Tidak seperti sekarang yang terlalu banyak menangis tanpa sebab. Terlalu banyak marah tanpa alasan. Aku ingin hidup yang sedang-sedang saja.

Tapi selayaknya aku tahu, bahwa hidupku bukan di tanganku, melainkan di Tangan-Mu. Tapi selayaknya aku tahu, aku masih dan akan selalu jadi hamba yang tak punya kuasa untuk menentang takdir yang telah ditetapkan atasku.

Maka, Tuhan, beri aku sepotong hati yang cantik. Sepotong hati yang baik. Ingin sekali rasanya aku melihat dunia dan orang-orang di dalamnya sebagai sahabat yang senantiasa akan memelukku. Kabulkanlah permohonanku, dengan jawaban terbaik-Mu, Tuhan, suatu saat aku yakin, doaku tidaklah sia-sia, karena Kau sungguh sangatlah menyayangiku, mengasihiku, mendengar semua yang tidak mampu aku ucapkan bahkan pada diriku sendiri.